Jumat, 13 Maret 2009

ASMA

ASMA

Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradanganpenyempitan ini bersifat sementara(wikipedia Indonesia)

Asma adalah penyempitan jalan napas yang menyebabkan dispnea (sulit bernapas), bantuk dan mengi.

Penyebab

Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.

Patofisiologi

Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.

Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Sel mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya: - kontraksi otot polos - peningkatan pembentukan lendir - perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang.

Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien.

Sel lainnya (eosnofil) yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma melepaskan bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan saluran udara.

Jenis – Jenis Asma

1. Asma Alergika

Asma yang disebabkan oleh alergen (mis.serbuk sari, binatang, amarah, makanan dan jamur). Yang terkena asma ini biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergi dan riwayat medis masa lalu ekzema dan rhinitis alergik

2. Asma Idiopatik atau non alergik

Tidak berhubungan dengan alergi. Asma yang timbul karena faktor – faktor seperti flu, infeksi saluran napas, latihan, emosi dan polutan lingkungan. Bisa juga terjadi karena meminum obat – obatan seperti aspirin, anti infalamasi non steroid (obat gatal) , antagonis beta – adnerergik (obat hipertensi),dan pengawet makanan

Serangan asma ini lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkitis kronis dan emfisema.

3. Asma Gabungan

Bentuk asma yang paling umum, gabungan dari kedua asma di atas.

Gejala

Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak nafas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala.

1. Nafas yang berbunyi (wheezing, mengi, bengek),

2. Batuk

3. Rasa sesak di dada (Sesak nafas)

4. Rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering di malam hari

5. Cemas.

6. Takikardia / Jantung berdetak cepat

7. Banyak Keringat

8. Sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat.

9. Kebingungan,

10. Letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali)

11. Sianosis (kulit tampak kebiruan)

Diagnosis asma

A. Riwayat

1. Penjelasan yang cermat mengenai saat serangan – Kecepatan awitan, lokasi dan aktivitas pasien pada saat awitan, lamanya gejala dan respons pasien terhadap usaha untuk meringankan gejala – harus dicatat. Bila pasien pernah mendapatkan serangan sebelumnya, serangan sekarang harus dibadingkan.

2. Penjelasan mengenai terapi yang pernah dijalani dan khasiatnya akan membantu menentukan terapi yang paling efektif.

a. Obat –obat antiasma yang sedang diminum harus dikenalkan dan kepatuhan pasien terhadap terapi harus dipastikan untuk mencegah kelebihan dosis selama penanganan akut.

b. Riwayat terapi kostikosteroid, perawatan di rumah sakit dan intubasi menunjukkan bahwa pasien berisiko tinggi untuk mengalami kegagalan pernapasan akut.

3. Riwayatnalergi, eksema masa kanak – kanak, urtikaria atau hay fever mendukung suatu diatesis alergi, yang dapat mencakup asma

4. Riwayat tentang pemaparan terhadap zat – zat lingkungan yang diketahui yang dapat menyebabkan bronkospasme.

B. Pemeriksaan fisik

1. Penampilan Umum

a. Agitasi pada pasien yang orientasi baik dapat diharapkan terjadinya serangan ringan samapai sedang dan fase dini serangan berat sewaktu pasien masih dapat mengkompensasi

b. Samnolen atau agitasi dan disorientasi adalah tanda akan segera terjadinya kegagalan pernapasan. Gas – gas darah arteri harus dicek untuk mencari ada tidaknya peningkatan PaCo2 dan dokter harus siap untuk memberikan dukungan ventilasi.

2. Tanda – tanda Vital

a. Frekuensi Pernapasan. Biasanya terdapat takipnea, Frekuensi pernapasan diatas 35 x/mnt adalah suatu tanda akan segera terjadinya kegagalan pernapasan – demikian juga frekuensi napas dibawah 10 x/mnt

b. Frekuensi Denyut nadi

(1) Takikardi (denyut nadi > 100x/mnt) adalah lazim pada keadaan ini. Sebagian besar pasien mengalami takikardia sinus.

(2) Bradikardia (denyut nadi <>

c. Tekanan Darah

(1) Hipotensi, menunjukkan kegagalan kardiopulmoner, sepsis atau komplikasi yang lain.

(2) Pulsus Paradoksus berguna untuk menilai beratnya obstruksi saluran napas.

3. Pemeriksaan Dada

a. Penggunaan otot pernapasan tambahan (otot leher dan otot interkostal /dada) adalah tandanya obstruksi berat.

b. Auskulasi bunyi napas. Rasio inspirasi : ekspirasi = 1 :2 dan mengi. Dada yang sunyi ditemukan pada obstruksi yang sangat berat.

Pengobatan

Obat-obatan bisa membuat penderita asma menjalani kehidupan normal. Pengobatan segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan pengobatan rutin untuk mencegah serangan.

Agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik.

Bronkodilator yang yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik (misalnya adrenalin), menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang cepat, gelisah, sakit kepala dan tremor (gemetar) otot. Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta2-adrenergik (yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru), hanya memiliki sedikit efek samping terhadap organ lainnya. Bronkodilator ini (misalnya albuterol), menyebabkan lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik.

Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator yang lebih baru memiliki efek yang lebih panjang, tetapi karena mula kerjanya lebih lambat, maka obat ini lebih banyak digunakan untuk mencegah serangan.

Bronkodilator tersedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat yang dihirup) dan sangat efektif. Penghirupan bronkodilator akan mengendapkan obat langsung di dalam saluran udara, sehingga mula kerjanya cepat, tetapi tidak dapat menjangkau saluran udara yang mengalami penyumbatan berat. Bronkodilator per-oral (ditelan) dan suntikan dapat menjangkau daerah tersebut, tetapi memiliki efek samping dan mula kerjanya cenderung lebih lambat.

Jenis bronkodilator lainnya adalah theophylline. Theophylline biasanya diberikan per-oral (ditelan); tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet dan sirup short-acting sampai kapsul dan tablet long-acting. Pada serangan asma yang berat, bisa diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah).

Jumlah theophylline di dalam darah bisa diukur di laboratorium dan harus dipantau secara ketat, karena jumlah yang terlalu sedikit tidak akan memberikan efek, sedangkan jumlah yang terlalu banyak bisa menyebabkan irama jantung abnormal atau kejang. Pada saat pertama kali mengkonsumsi theophylline, penderita bisa merasakan sedikit mual atau gelisah. Kedua efek samping tersebut, biasanya hilang saat tubuh dapat menyesuaikan diri dengan obat. Pada dosis yang lebih besar, penderita bisa merasakan denyut jantung yang cepat atau palpitasi (jantung berdebar). Juga bisa terjadi insomnia (sulit tidur), agitasi (kecemasan, ketakuatan), muntah, dan kejang.

Corticosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi gejala asma. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara bertahap corticosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan.

Tetapi penggunaan tablet atau suntikan corticosteroid jangka panjang bisa menyebabkan:

gangguan proses penyembuhan luka

terhambatnya pertumbuhan anak-anak

hilangnya kalsium dari tulang

perdarahan lambung

katarak prematur

peningkatan kadar gula darah

penambahan berat badan

kelaparan

kelainan mental.

Tablet atau suntikan corticosteroid bisa digunakan selama 1-2 minggu untuk mengurangi serangan asma yang berat. Untuk penggunaan jangka panjang biasanya diberikan inhaler corticosteroid karena dengan inhaler, obat yang sampai di paru-paru 50 kali lebih banyak dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh lainnya. Corticosteroid per-oral (ditelan) diberikan untuk jangka panjang hanya jika pengobatan lainnya tidak dapat mengendalikan gejala asma.

Cromolin dan nedocromil diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel mast dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran udara. Obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk mengobati serangan. Obat ini terutama efektif untuk anak-anak dan untuk asma karena olah raga. Obat ini sangat aman, tetapi relatif mahal dan harus diminum secara teratur meskipun penderita bebas gejala.

Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin. Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor beta2-adrenergik.

Pengubah leukotrien (contohnya montelucas, zafirlucas dan zileuton) merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala asma).

Pengobatan

Pengobatan untuk serangan jantung

Suatu serangan asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin untuk membuka saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga digunakan untuk mengobati asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda.

Agonis reseptor beta-adrenergik digunakan dalam bentuk inhaler (obat hirup) atau sebagai nebulizer (untuk sesak nafas yang sangat berat). Nebulizer mengarahkan udara atau oksigen dibawah tekanan melalui suatu larutan obat, sehingga menghasilkan kabut untuk dihirup oleh penderita.

Pengobatan asma juga bisa dilakukan dengan memberikan suntikan epinephrine atau terbutaline di bawah kulit dan aminophylline (sejenis theophylline) melalui infus intravena.

Penderita yang mengalami serangan hebat dan tidak menunjukkan perbaikan terhadap pengobatan lainnya, bisa mendapatkan suntikan corticosteroid, biasanya secara intravena (melalui pembuluh darah).

Pada serangan asma yang berat biasanya kadar oksigen darahnya rendah, sehingga diberikan tambahan oksigen. Jika terjadi dehidrasi, mungkin perlu diberikan cairan intravena. Jika diduga terjadi infeksi, diberikan antibiotik.

Selama suatu serangan asma yang berat, dilakukan:

pemeriksaan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah

pemeriksaan fungsi paru-paru (biasanya dengan spirometer atau peak flow meter)

pemeriksaan rontgen dada.

Pengobatan Jangka Panjang

Salah satu pengobatan asma yang paling efektif adalah inhaler yang mengandung agonis reseptor beta-adrenergik. Penggunaan inhaler yang berlebihan bisa menyebabkan terjadinya gangguan irama jantung.

Jika pemakaian inhaler bronkodilator sebanyak 2-4 kali/hari selama 1 bulan tidak mampu mengurangi gejala, bisa ditambahkan inhaler corticosteroid, cromolin atau pengubah leukotrien. Jika gejalanya menetap, terutama pada malam hari, juga bisa ditambahkan theophylline per-oral.

Pencegahan

Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum melakukan olah raga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar